Tag : amerika

AMERIKA DIHANTUI GAGAL BAYAR UTANG Rp 480.000 T, BI BUKA SUARA

AMERIKA DIHANTUI GAGAL BAYAR UTANG Rp 480.000 T, BI BUKA SUARA

Amerika Serikat (AS) kembali dibayangi oleh kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Oleh karena itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menuntut kongres untuk meningkatkan atau menangguhkan batas pinjaman US$ 31,4 triliun. Adapun, utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu. Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun. Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memicu "malapetaka ekonomi" yang akan membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang. Adapun dampaknya terhadap ekonomi Indonesia dipastikan tidak signifikan. Bahkan, pergerakan nilai tukar rupiah belum menunjukkan pengaruh dari isu ini. Bank Indonesia (BI) menilai isu debt ceiling atau batas utang AS dan government shutdown merupakan isu yang terus berulang. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengungkapkan pihaknya yakin akan ada kesepakatan antara pemerintah dan parlemen AS. "Isu tersebut di tahun ini
JELANG PENGUMUMAN SUKU BUNGA, KURS RUPIAH SPOT MELEMAH KE Rp 15.031 KAMIS (21/7) PAGI

JELANG PENGUMUMAN SUKU BUNGA, KURS RUPIAH SPOT MELEMAH KE Rp 15.031 KAMIS (21/7) PAGI

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang pengumuman keputusan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI) hari ini. Pelemahan kurs rupiah hari ini beriringan dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia yang juga tertekan terhadap the greenback. Pelemahan terbesar mata uang Asia terjadi pada yuan, disusul baht, won, yen, dolar Taiwang, ringgit, dan peso. Sementara dolar Singapura dan dolar Hong Kong menguat terhadap dolar AS. Di sisi lain, nilai tukar dolar AS melemah terhadap mata uang utama dunia setelah kemarin berbalik menguat. Indeks dolar turun ke 106,95 dari posisi kemarin 107,08. Survei Bloomberg menunjukkan 22 dari 36 ekonomi memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada 3,5%. Sedangkan sisanya memperkirakan kenaikan BI rate 25 basis points.
LOYO, HARI INI (11/4) RUPIAH SPOT DIBUKA MELEMAH DI LEVEL Rp 14.377/DOLLAR AS

LOYO, HARI INI (11/4) RUPIAH SPOT DIBUKA MELEMAH DI LEVEL Rp 14.377/DOLLAR AS

  Nilai tukar rupiah di pasar spot bergairah di awal perdagangan hari ini. Senin (11/4) rupiah spot berada di level Rp 14.377 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah melemah 0,1% dibandingkan dengan penutupan Jumat (8/4) di Rp 14.362 per dolar AS. Pergerakan rupiah ini sejalan dengan seluruh mata uang di kawasan. Hingga pukul 09.00 WIB, pergerakan seluruh mata uang di kawasan melemah. Di mana, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,56%. Selanjutnya, peso Filipina yang ambles 0,50% dan dolar Taiwan yang tertekan 0,43%. Disusul, yen Jepang yang terkikis 0,35%. Sumber : kontan 11/04/22
RUPIAH HARI INI MENGUAT Rp 14.338/USD, PASAR VALAS ASIA VARIATIF.

RUPIAH HARI INI MENGUAT Rp 14.338/USD, PASAR VALAS ASIA VARIATIF.

Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini dibuka menguat atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Rabu (23/3/2022). Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.13 WIB, mata uang Garuda naik 10 poin atau 0,07% di Rp14.338 per 1 dolar Amerika Serikat. Pasar valuta asing di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak variatif atas dolar AS. Data Investing menunjukkan Dolar Hong Kong koreksi -0,01% di 7,8275, Won Korea Selatan naik 0,09% di 1.214,06, dan Ringgit Malaysia anjlok -0,07% di 4,2180 Dolar Taiwan turun -0,22% di 28,545, Baht Thailand tumbuh 0,01% di 33,475, Dolar Singapura naik 0,06% di 1,3561, dan Yuan China terpuruk -0,06% di 6,3703. Adapun Yen Jepang turun -0,25% di 121,11, Dolar Australia terbenam -0,04% di 0,7464, sementara Peso Filipina terpuruk -0,09% di 52,375, Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya dibuka koreksi -0,03% di 98,46, didorong komentar Gubernur Federal Reserve Amerika Serikat Jerome Powell terkait kebijakan moneter yang lebih agresif.