Content Category : Artikel

Efek Buruk Omicron Sudah Terasa di Australia, Dolarnya Jeblok

Efek Buruk Omicron Sudah Terasa di Australia, Dolarnya Jeblok

Nilai tukar dollar Australia jeblok lagi melawan rupiah di awal perdagangan Senin (24/1). Penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19) khususnya varian Omicron sudah memberikan dampak buruk ke perekonomian Negeri Kanguru yang membuat mata uangnya tertekan. Melansir data Refinitiv, dolar Australia pagi ini sempat jeblok 0,3% ke kisaran Rp 10.267/AU$ setelah merosot 0,6% pada Jumat pekan lalu. Aktivitas bisnis di Australia menunjukkan pelambatan di awal tahun ini. Markit hari ini melaporkan aktivitas bisnis yang dilihat dari purchasing managers index (PMI) sektor manufaktur turun menjadi 55,3 dari bulan lalu sebesar 54,9. Meski demikian, ING memprediksi sektor jasa Australia akan bisa pulih kembali dalam tempo satu bulan dan dolar Australia masih tertekan melawan rupiah sebab kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga lebih cepat ketimbang bank sentral Australia (RBA) semakin besar. Hal tersebut terindikasi dari kebijakan BI yang akan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak 3 kali di tahun ini pada Maret, Juni dan September. Kebijakan
Soal Batu Bara, Indonesia 'Raja' Dunia

Soal Batu Bara, Indonesia 'Raja' Dunia

Harga batu bara naik lagi. Dengan demikian, harga si batu hitam berhasil membukukan kenaikan selama dua hari perdagangan beruntun. Kenaikan ini membuat harga batu bara bertambah dalam dua hari berturut-turut. Selama dua hari harga melesat 6,74%. Clyde Russell, Kolumnis Reuters, menilai lonjakan harga batu bara disebabkan oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor. Pada awal tahun, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk menyetop ekspor selama sebulan untuk memastikan persediaan batu bara di pembangkit listrik nasional yang kritis. Masalahnya, Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar dunia. Selama pasokan dari Indonesia seret, belum ada negara lain yang bisa menggantikan. "Pasar masih kekurangan beberapa juta ton pada Januari dan Februari karena butuh waktu bagi pasokan dari Indonesia untuk kembali ke level normal. Eksportir lain seperti Rusia dan Afrika Selatan tidak mampu meningkatkan pasokan. Hanya Australia yang bisa," tulis Russell. Namun, tambah Russell, batu bara dari Negeri Kanguru kebanyakan adalah jenis kokas (coking coal) yang digunakan dalam
Dolar AS Makin Kencang Melaju ke Rp 14.540

Dolar AS Makin Kencang Melaju ke Rp 14.540

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini menguat 36 poin (0,27%) ke level 14.540. Mata uang Paman Sam melanjutkan penguatan dari Senin lalu. Dolar AS terhadap rupiah pagi ini berada di level tertingginya pada Rp 14.545 dan terendahnya pada Rp 14.501. Mata uang Paman Sam juga menguat terhadap yen Jepang. Yen Jepang ditekan dolar AS 0,02% ke level 109.
Rupiah menguat ke Rp 14.320 per dolar AS pada Kamis (27/5) pagi

Rupiah menguat ke Rp 14.320 per dolar AS pada Kamis (27/5) pagi

Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan pada Kamis (27/5) pagi. Pukul 9.40 WIB, kurs rupiah spot berada di Rp 14.320 per dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah menguat 0,06% jika dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan Selasa (25/5) yang ada di Rp 14.328 per dolar AS. Dalam sepekan, nilai tukar rupiah masih tercatat menguat 0,38%. Duncan Tan, strategist DBS Bank mengungkapkan bahwa selisih yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun dengan US Treasury tenor 10 tahun cenderung menipis. "Potensi penurunan yield terbatas dalam jangka pendek dan yield tenor 10 tahun akan menghadapi tantangan untuk turun di bawah level 6%," ungkap Tan dalam catatan yang dikutip Bloomberg. Sumber : kontan